PROFIL PROVINSI BANTEN
Provinsi Banten adalah
sebuah provinsi di Pulau Jawa, Indonesia. Provinsi ini dulunya merupakan bagian
dari Provinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000.
Pusat pemerintahannya
berada di Kota Serang.
Provinsi ini memiliki
delapan kabupaten/kota, yakni Kabupaten Serang, Kbupaten Lebak, Kabupaten
Pandeglang, Kabupaten Tangerang ditambah Kota Tangerang, Kota Serang, Kota
Cilegon dan Kota Tangerang selatan.
1. Gambaran Umum Provinsi Banten
Wilayah Banten berada pada
batas astronomi 5º 7’ 50” – 7º 1’ 11” Lintang Selatan dan 105º 1’ 11” – 106º 7’
12” Bujur Timur, berdasarkan UU RI Nomor 23 tahun 2000 luas wilayah Banten
adalah 8.651,20 Km2 . Secara wilayah pemerintahan Provinsi Banten terdiri dari
2 Kota, 4 Kabupaten, 140 Kecamatan, 262 Kelurahan, dan 1.242 Desa.
Provinsi Banten mempunyai
batas wilayah:
·
Sebelah Utara : Laut Jawa
·
Sebelah Timur : Provinsi
DKI Jakarta dan Jawa Barat
·
Sebelah Selatan : Samudra
Hindia
·
Sebelah Barat : Selat Sunda
Wilayah laut Banten
merupakan salah satu jalur laut potensial, Selat Sunda merupakan salah satu
jalur yang dapat dilalui kapal besar yang menghubungkan Australia, Selandia
Baru, dengan kawasan Asia Tenggara misalnya Thailand, Malaysia dan Singapura.
Disamping itu Banten
merupakan jalur perlintasan/penghubung dua pulau besar di Indonesia, yaitu Jawa
dan Sumatera. Bila dikaitkan posisi geografis dan pemerintahan maka wilayah
Banten terutama Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang merupakan wilayah
penyangga bagi Ibukota Negara. Secara ekonomi wilayah Banten mempunyai banyak
industri. Wilayah Provinsi Banten juga memiliki beberapa pelabuhan laut yang
dikembangkan sebagai antisipasi untuk menampung kelebihan kapasitas dari
pelabuhan laut di Jakarta dan sangat mungkin menjadi pelabuhan alternatif dari
Singapura.
Kondisi topografi Banten
adalah sebagai berikut :
·
Wilayah datar (kemiringan 0
– 2 %) seluas 574.090 Ha
·
Wilayah bergelombang
(kemiringan 2 – 15%) seluas 186.320 Ha
·
Wilayah curam (kemiringan
15 – 40%) seluas 118.470,50 Ha
2. Topografi.
Topografi wilayah Provinsi
Banten berkisar pada ketinggian 0 – 1.000 m dpl. Secara umum kondisi topografi
wilayah Provinsi Banten merupakan dataran rendah yang berkisar antara 0 – 200 m
dpl yang terletak di daerah Kota Cilegon, Kota Tangerang, Kabupaten Pandeglang,
dan sebagian besar Kabupaten Serang. Adapun daerah Lebak Tengah dan sebagian
kecil Kabupaten Pandeglang memiliki ketinggian berkisar 201 – 2.000 m dpl dan daerah
Lebak Timur memiliki ketinggian 501 – 2.000 m dpl yang terdapat di Puncak
Gunung Sanggabuana dan Gunung Halimun.
Kondisi topografi suatu
wilayah berkaitan dengan bentuk raut permukaan wilayah atau morfologi.
Morfologi wilayah Banten secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
morfologi dataran, perbukitan landai-sedang (bergelombang rendah-sedang) dan
perbukitan terjal. Morfologi Dataran Rendah umumnya terdapat di daerah bagian
utara dan sebagian selatan. Wilayah dataran merupakan wilayah yang mempunyai
ketinggian kurang dari 50 meter dpl (di atas permukaan laut) sampai wilayah
pantai yang mempunyai ketinggian 0 – 1 m dpl. Morfologi Perbukitan Bergelombang
Rendah –
Sedang sebagian besar
menempati daerah bagian tengah wilayah studi. Wilayah perbukitan terletak pada
wilayah yang mempunyai ketinggian minimum 50 m dpl. Di bagian utara Kota
Cilegon terdapat wilayah puncak Gunung Gede yang memiliki ketingian maksimum
553 m dpl, sedangkan perbukitan di Kabupaten Serang terdapat wilayah selatan
Kecamatan Mancak dan Waringin Kurung dan di Kabupaten Pandeglang wilayah
perbukitan berada di selatan.
Di Kabupaten Lebak terdapat
perbukitan di timur berbatasan dengan Bogor dan Sukabumi dengan karakteristik
litologi ditempati oleh satuan litologi sedimen tua yang terintrusi oleh batuan
beku dalam seperti batuan beku granit, granodiorit, diorit dan andesit.
Biasanya pada daerah sekitar terobosaan batuan beku tersebut terjadi suatu
proses remineralisasi yang mengandung nilai sangat ekonomis seperti cebakan
bijih timah dan tembaga.
3. Hidrologi dan Klimatologi.
Potensi sumber daya air
wilayah Provinsi Banten banyak ditemui di Kabupaten Lebak, sebab sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan hutan lindung dan hutan produksi terbatas.
Berdasarkan pembagian
Daerah Aliran Sungai (DAS), Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS, yaitu :
1.
DAS Ujung Kulon, meliputi
wilayah bagian Barat Kabupaten Pandeglang (Taman Naional Ujung Kulon dan
sekitarnya);
2.
DAS Cibaliung-Cibareno,
meliputi bagian Selatan wilayah Kabupaten Pandeglang dan bagian selatan wilayah
Kabupaten Lebak;
3.
DAS Ciujung-Cidurian,
meliputi bagian Barat wilayah Kabupaten Pandeglang;
4.
DAS Rawadano, meliputi
sebagian besar wilayah Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang;
D
5.
AS Teluklada, meliputi
bagian Barat wilayah Kabupaten Serang dan Kota Cilegon;
6.
DAS Cisadane-Ciliwung,
meliputi bagian Timur wilayah Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang.
Tata air permukaan untuk
wilayah Provinsi Banten sangat tergantung pada sumber daya air khususnya sumber
daya air bawah tanah. Terdapat 5 satuan Cekungan Air Bawah Tanah (CABT) yang
telah di identifikasi, yang bersifat lintas kabupaten maupun kota, antara lain
CABT Labuan, CABT Rawadano dan CABT Malingping dan lintas propinsi, meliputi
CABT Serang – Tangerang dan CABT Jakarta.
4. Kemiringan
Kondisi kemiringan lahan di
Provinsi Banten terbagi menjadi tiga kondisi yang ekstrim yaitu:
Dataran yang
sebagian besar terdapat di daerah Utara Provinsi Banten yang memiliki tingkat
kemiringan lahan antara 0 – 15%, sehingga menjadi lahan yang sangat potensial
untuk pengembangan seluruh jenis fungsi kegiatan. Dengan nilai kemiringan ini
tidak diperlukan banyak perlakuan khusus terhadap lahan yang akan dibangun
untuk proses prakonstruksi. Lahan dengan kemiringan ini biasanya tersebar di
sepanjang pesisir Utara Laut Jawa, sebagian wilayah Serang, sebagian Kabupaten
Tangerang bagian utara serta wilayah selatan yaitu di sebagaian pesisir Selatan
dari Pandeglang hingga Kabupaten Lebak;
Perbukitan
landai-sedang (kemiringan < 15% dengan tekstrur bergelombang rendah-sedang)
yang sebagian besar dataran landai terdapat di bagian utara meliputi Kabupaten
Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang, serta bagian
utara Kabupaten Pandeglang; Daerah perbukitan terjal (kemiringan < 25%)
terdapat di Kabupaten Lebak, sebagian kecil Kabupaten Pandeglang bagian selatan
dan Kabupaten Serang. Perbedaan kondisi alamiah ini turut berpengaruh terhadap
timbulnya ketimpangan pembangunan yang semakin tajam, yaitu wilayah sebelah
utara memiliki peluang berkembang relatif lebih besar daripada wilayah sebelah
Selatan.
5. Jenis Tanah
Sumber daya tanah wilayah
Provinsi Banten secara geografis terbagi dua tipe tanah yaitu: (a) kelompok
tipe tanah sisa atau residu dan (b) kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara
umum distribusi dari masing-masing tipe tanah ini di wilayah Propinsi Banten,
terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang
terdapat di wilayah tersebut antara lain: 1. aluvial pantai dan sungai; 2.
latosol; 3. podsolik merah kuning; 4. regosol; 5. andosol; 6. brown forest; 7.
glei.
6. Geologi
Struktur geologi daerah
Banten terdiri dari formasi batuan dengan tingkat ketebalan dari tiap-tiap
formasi berkisar antara 200 – 800 meter dan tebal keseluruhan diperkirakan
melebihi 3.500 meter. Formasi Bojongmanik merupakan satuan tertua berusia
Miosen akhir, batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan lempung
pasiran, batu gamping, batu pasir tufaan, konglomerat dan breksi andesit,
umurnya diduga Pliosen awal. Berikutnya adalah Formasi Cipacar yang terdiri
dari tuf batu apung berselingan dengan lempung tufaan, konglomerat dan napal
glaukonitan, umurnya diiperkirakan Pliosen akhir. Di atas formasi ini adalah
Formasi Bojong yang terdiri dari napal pasiran, lempung pasiran, batu gamping
kokina dan tuf.
Banten bagian selatan
terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung api, batuan terobosan dan Alluvium
yang berumur mulai Miosen awal hingga Resen, satuan tertua daerah ini adalah
Formasi Bayah yang berumur Eosen.
Formasi Bayah terdiri dari
tiga anggota yaitu Anggota Konglomerat, Batu Lempung dan Batu Gamping.
Selanjutnya adalah Formasi Cicaruruep, Formasi Cijengkol, Formasi Citarate,
Formasi Cimapang, Formasi Sareweh, Formasi Badui, Formasi Cimancuri dan Formasi
Cikotok.
Batuan Gunung Api dapat
dikelompokan dalam batuan gunung api tua dan muda yang berumur Plistosen Tua
hingga Holosen. Batuan terobosan yang dijumpai bersusunan andesiot sampai
basal. Tuf Cikasungka berumur Plistosen, Lava Halimun dan batuan gunung api
Kuarter. Pada peta lembar Leuwidamar disajikan pula singkapan batuan metamorf
yang diduga berumur Ologo Miosen terdiri dari Sekis, Genes dan Amfibolit yang
tersingkap di bagian utara tubuh Granodiorit Cihara. Dorit Kuarsa berumur
Miosen tengah hingga akhir, Dasit dan Andesit berumur Miosen akhir serta Basal
berumur kuarter.
Batuan endapan termuda
adalah aluium dan endapan pantai yang berupa Kerikil, pasir, lempung, rombakan
batu gamping, koral bercampur pecahan moluska atau kerang kerangan, gosong
pantai dan gamping terumbu.
sumber web : http://kpu-bantenprov.go.id/sekilas-prov-banten/
(Sumber : Dokumen RPJM Prov. Banten Tahun
2007 – 2012)
Love Banten!!!
BalasHapus